Nama yang Terkenang Pada Sepanjang Jalan
Jalan ini pernah dinobatkan sebagai jalan terpanjang se-Asia Tenggara. Bermula dari Stasiun Purwosari hingga Bundaran Gladag, jalan ini membentang dari timur ke barat. Bila anda adalah warga Kota Solo, pasti anda sangat familiar dengan jalan ini. Jalan yang juga dikenang oleh para wisatawan yang memiliki kesempatan untuk menikmati tempat menarik di Kota Solo. Jalan Slamet Riyadi, jalan kebanggaan orang Solo.
Nama jalan tersebut diambil dari nama seorang pahlawan sekaligus putera kelahiran Solo, yakni Brigadir Jenderal Anumerta Ignatius Slamet Riyadi. Beliau lahir pada 26 Juli 1927, dari pasangan Raden Ngabehi Prawiropralebdo, seorang perwira tentara Kasunanan dan ibundannya Soetati, seorang pedagang buah.
Pada mulanya, beliau dilahirkan dengan nama Soekamto. Semenjak sering sakit-sakitan, nama Slamet pun disematkan, agar ke depannya beliau diharapkan untuk senantiasa diberi keselamatan. Sementara itu, tambahan nama Riyadi digunakan dirinya untuk membedakan Slamet-Slamet yang lain pada saat ia duduk di bangku SMP.
Pendidikan beliau bermula di Hollands Inlandsche School (HIS, setingkat SD), kemudian Meer Uitgebreid Lagere Onedrwijs (MULO, setingkat SMP) di Kota Solo. Di samping belajar, ia juga aktif dalam kepanduan (kepramukaan). Pada tahun 1943, ia masuk Sekolah Pelayaran Tinggi (SPT) di Cilacap, jurusan mesin dan dek. Dari situlah, beliau memiliki kecakapan dan keterampilan yang mumpuni selain di bidang militer.
Slamet Riyadi di masa kecilnya sudah terbiasa untuk laku prihatin. Pernah suatu waktu, ia mengamalkan puasa mati geni. Beliau berdiam diri di dalam kamar selama sepekan dan makan sebatas pisang emas. Hal tersebut dipercaya untuk melatih diri atas hawa nafsu selain bertujuan untuk membangun karakter seseorang. Sudah menjadi hal wajar, beliau menjadi orang besar semasa hidupnya atas upaya yang telah dilakukan. Ditambah tuntutan oleh keadaan, beliau juga telah ditinggal oleh ibundannya di waktu ia baru saja masuk SMP. Slamet Riyadi kemudian tinggal bersama kakak kandungnya, Soekati Djojowidagdo.
Pada masa dewasa, ia menjadi seorang yang santun, pemberani, sekaligus berjiwa pemimpin. Begitulah setidaknya tanggapan oleh anak buah beliau. Hal tersebut juga sangat menggambarkan sosok asli dari patung yang terletak di ujung jalan Slamet Riyadi. Pak Met, begitu kawan seperjuangannya memanggilnya, sangat perhatian terhadap anak buahnya. Ia terbiasa mengerjakan sesuatu sendirian dari pada merepotkan orang lain. Sifat itulah yang pada kemudian hari akan menghasilkan sebuah kejadian yang tak diinginkan terjadi.
Pernah suatu fajar ketika beliau ikut serta dalam menumpas pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan), ajudannya kelelahan setelah seharian mengikuti perang. Wajar saja, beberapa hari berperang, lalu ditambah tidur dipinggir jalan di bawah hujan deras dapat menguras habis stamina para pejuang. Alhasil, Pak Met pergi seorang diri untuk melihat situasi di garis pertahanan lain, dari Tulehu menuju Suli menggunakan sebuah Jeep.
Musuh pun melihat adanya sebuah peluang. Di tengah perjalanan, Pak Met dihadang. Dari jarak satu meter, Pak Met tertembak. Meski terluka pada bagian lengan kiri, beliau masih sempat selamat dengan sebuah perlawanan. Selepas kembali ke markas, anak buahnya semakin kagum dan percaya atas ketangkasan dan keberanian yang dimiliki oleh komandan seperti Pak Met.
Cerita mengenai perjuangan Pak Met sangatlah panjang meski perjalanan hidupnya cukup singkat. Beliau wafat pada usia muda dengan pengabdian yang tidak sia-sia. Semenjak perjuangan mengusir kempeitai (polisi rahasia) dari markasnya di Purwosari, menumpas pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) dan DI/TII di Jawa Barat, hingga titik darah penghabisan. Tuhan berkehendak lain ketika Pak Met tertembak di depan gerbang Benteng Victoria. Beliau menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit darurat yang berada di atas kapal yang berlayar di perairan Tulehu, Maluku Tengah.
Perjuangan Pak Met akan selalu terkenang pada sepanjang jalan kota itu. Seorang Pahlawan Nasional Indonesia sekaligus putera asli Solo yang telah lama tiada di tanah seberang. Beliau mewariskan keteladan akan semangat juang dan sebuah keyakinan. Sebagai penghormatan pada beliau, maka dibangunlah sebuah patung Slamet Riyadi dengan pistol yang menantang awan sebagai simbol keberanian yang dimiliki oleh beliau.
Comments
Post a Comment