Kaum Pasif

Search This Blog

Warning

on March 27, 2025

Get link
Facebook
X
Pinterest
Email
Other Apps

Warning

Oleh: MCP

Air itu ketidaktahuan

Api itu kengerian

Angin tanda kebebasan

Tanah-tanah bukti kesombongan

Lantas, dengan apa manusia dibinasakan?

Puisi Yang Baik

Get link
Facebook
X
Pinterest
Email
Other Apps

Comments

Beranda

Home

‌Menyeduh Secangkir Teduh

‌Menyeduh Secangkir Teduh Oleh : MCP Di bawah baliho partai itu Kita berteduh Dari lamunan menuju obrolan Lalu kau menuduh bapak pemilik angkringan itu Untuk memaksanya dan merenggut waktu Hanya untuk membuatkanmu secangkir ego yang hangat lagi nikmat Kemudian, pada akhirnya kita akan saling beroposisi Bercerita tentang seisi semesta Dimulai dari sebuah ujung dunia bernama rumah Batu batu angkasa, daun daun jari lima, atau bahkan keponakanmu di kutub utara, katamu Aku hanya bisa tertawa rengginang Hal itulah yang bisa membuat waktuku yang sibuk menjadi beku Oleh keajaiban dunia yang cukup aku dan kau saja yang perlu tahu Untuk sejenak berteduh dan saling seduh Sebuah seni untuk menyederhanakan hidup, katamu

Absurditas Logika di Media Sosial

"The need to be right is the sign of a vulgar mind." (Kebutuhan untuk selalu benar adalah tanda dari pikiran yang dangkal.) -Albert Camus Albert Camus, kalau hidup di zaman sekarang, mungkin akan mengerutkan dahi sambil berkata, "Betapa konyolnya absurditas modern ini." Dulu, absurditas yang ia bicarakan adalah konflik antara pencarian makna dengan dunia yang tak memberikannya apa-apa. Sekarang, absurditas hadir di kolom komentar. Di forum publik yang tampak demokratis, tapi sering kali hanya jadi arena ego, di mana semua orang ingin bicara, tapi sedikit yang mau berpikir. Bayangkan Camus sedang scroll media sosial. Ia menemukan konten yang membahas seberapa lama orang awam bisa bertahan di pertandingan sepak bola profesional. Lalu ada komentar: "Main badminton lebih capek, tau." ataupun, "Angkat beban lah. Pasti angkat 80 kg x 3 set udah ga kuat." Pasti ia akan menyeringai kecil. Bukan karena lucu, tapi karena absurd. Komentar itu keluar dari ...

Powered by Blogger

Warning

Comments

Post a Comment